SOLO JATENG CAKRAWALA.CO ,- Ratusan pengemudi Taksi dari lim perusahaan taksi di Kota Solo, Jawa Tengah kembali menggelar aksi unjukrasa di Bunderan Gladag Solo, menuntut pemerintah menindak tegas taksi berbasis aplikasi dalam jaringan atau online uber, Selasa (11/7/2017)
Dalam aksinya para sopir taksi yang menamakan dirinya sebagai organisasi Bantai Solo Raya secara tegas menolak keberadaan Uber. Mereka mengklaim pendapatan menurun drastis sekitar 30 persen. Penurunan tersebut dipicu beroperasinya moda transportasi berbasis aplikasi uber di Kota Solo sejak Mei 2017 lalu.
Tri Teguh kordinator aksi tersebut mengatakan selama ini pemerintah kota Solo secara lisan telah menyatakan tidak mengeluarkan izin untuk uber, namun pada prakteknya Pemkot tidak bisa berbuat banyak lantaran tidak memiliki landasan hukum yang memadai untuk menindak menjamurnya taksi plat hitam tersebut.
“ Razia-razia yang selama ini digelar untuk menjaring uber dinilai tidak efektif karena sopir uber hanya dikenai denda tilang Rp.100 ribu saja,”Kata Tri.
Menurutnya seluruh operator taksi di Solo telah melayangkan surat resmi kepada Pemprov sejak tanggal 2 Juli 2017 lalu, namun sampai saat ini surat tersebut belum mendapat respon.
“Seluruh perusahaan taksi bersama seluruh armadanya menuntut Pemkot turut menyuarakan aspirasi mereka ke Pemprov. Kita butuh ketegasan pemerintah kota hingga provinsi untuk segera menindak uber yang nekat beroperasi di Solo meski dinyatakan illegal,”Ujarnya.
Teguh menambahkan di Solo sekarang sudah sekitar 300 mobil pelat hitam yang memberi pelayanan angkutan sewa berbasis aplikasi tersebut.
“Biasanya di Kosti, setoran dulu sampai Rp. 45 juta perbulan, namun saat ini tinggal kurang lebih tinggal Rp. 32 juta perbulan. Pendapatan para sopir juga menurun dulu bisa sampai Rp. 200.000 per hari, Sekarang tinggal Rp.50.000 per hari juga susah,”Keluhnya.
Usai melakukan aksi di Gladag, ratusan sopir taxi melanjutkan aksi menuju Balaikota Surakarta dengan pengawalan ketat aparat Kepolisian Polresta Solo.***Agung
