Gapura Kota Banjar , - Sejumlah seniman dalam bidang seni musik dan tradisional Kota Banjar mengaku kecewa karena belakangan ini tidak mendapatkan perhatian dari Pemerintah setempat.
Padahal dari sisi raihan prestasi para seniman musik dan tradisional tersebut telah cukup membawa harum nama Kota Banjar dikancah Nasional bahkan Internasional.
Seperti keberhasilan grup band etnik dari SMK 2 Banjar, Ensamble Etnicque yang pernah membawa nama harum Kota Banjar dikancah internasional dengan menyabet gelar juara II dalam Festival musik etnik dunia di Kuta, Bali pada tahun 2015.
Baru-baru ini, grup band etnik tersebut juga kembali membawa nama harum Kota Banjar dengan menyabet gelar juara II dalam Festival Musik Kreasi Nusantara se-Indonesia di Cirebon 31 Maret 2017 lalu.
Minimnya perhatian pemerintah Kota Banjar tersebut juga dikeluhkan para seniman seni tradisional. Salahsatu contohnya terhadap Seni Reog Dongkol (Lodong & Kohkol), Kesenian tersebut merupakan seni asli Kota Banjar dari Desa Karyamukti. Kondisinya kini mati suri lantaran kurangnya perhatian dari pemerintah.
Kesenian tradisional lainnya seperti Perguruan Pencak Silat Perisai Diri, meski pernah mengharumkan nama Kota Banjar dalam Kejuaraan Internasional Tanding memperebutkan piala Sri Sultan Hamengkubuwono di Tabanan, Bali pada tahun 2016. Dimana dalam ajang tersebut, dua orang Atlitnya asli Kota Banjar yakni Rohman dan Krisna masing-masing menjuarai juara 1 dan 3 dalam kelas TGR.
“Ketiga seni tersebut hanya contoh-contoh dari sekian banyak seni yang berprestasi namun tidak diperhatikan pemerintah Kota Banjar,” kata Ade Kancil (54) salah satu seniman Reog Dongkol.
Ia mengatakan, bahwa sampai saat ini perhatian pemkot Banjar terhadap seniman Banjar dinilai zonk atau nol . Pemerintah sepertinya lebih memilih sibuk dengan urusan lingkupnya sendiri tanpa memperhatikan para seniman.
" Dari dulu memang hanya janji-janji saja, namun sampai sekarang zonk alias nihil. Kami sebagai seniman meminta kepada pemerintah untuk memperhatikan kesejahteraan seniman, kalau di Banjar ada acara, coba undang seniman Banjar jangan ngundang dari luar Banjar, dan kami pun bisa. Perlu diingat, seniman Banjar pun tidak kalah dengan seniman-seniman dari luar Banjar,"ungkapnya. Baru-baru ini.
Senada dengan Ade, salah seorang personil band Reegae Rens Rambo Kids, Hasan Al Bana mengamini keluhan rekannya sesame seniman tersebut.
Menurutnya, bahwa bahasa seorang seniman sangatlah sederhana yakni apa adanya namun dapat dimengerti oleh masyarakat. "Band kami di luar daerah sangat direspon, namun saya sedih, di Kota Banjar sebagai Kota sendiri sangat diabaikan," katanya.
Ia pun menambahkan, jika pemerintah ingin mendorong para seniman untuk berkarya yang kreatif, hal ini juga menurutnya harus dibarengi dengan pembangunan infrastruktur.
"Gimana seniman mau kreatif jika kebutuhan mendasar mereka tidak diperhatikan. Sebuah karya kreatif yang lahir dari seorang seniman semestinya harus bisa menghidupi dan mensejahterakan para seniman tersebut, nah sekarang mana perhatiannya dari Pemkot Banjar?"imbuhnya.
Wahyu, salah satu pengurus perguruan Pencak Silat Perisai Diri Kota Banjar. Dirinya mengaku bahwa jauh-jauh hari sebelum bertanding di Bali sudah mengirimkan proposal ke Walikota. Namun hingga kini proposal tersebut entah dimana hinggapnya dan sampai saat ini belum ada jawaban dari Walikota.
"Kami memang jauh-jauh hari sudah mengirim proposal, namun jawabannya hingga sekarang tidak ada, mungkin prestasi kami tidak begitu penting bagi pemkot Banjar," tuturnya.