Yogyakarta, Cakrawala.co- Siklon tropis, badai besar, gelombang tinggi, hujan lebat dan angin kencang adalah cara Allah mengkerutkan hati manusia untuk senantiasa miris dan berserah diri.
Pagi ini, Agus Nugroho, mantan General Manager Balai Pelatihan Teknik Traksi Yogyakarta, membagikan video sebuah kapal nelayan berbobot ( kira-kira) 60 grosston, dihempas gelombang besar setinggi 6 meter akibat siklon tropis yang melanda Laut Selatan Jawa.
Dihempas gelombang naik, dihempas gelombang turun, diterjang oleng, terus berulang-ulang, dan berulang-ulang hingga video bikin hati menciut, kisut, berkerut tanpa nyali sedikitpun.
Didalam kapal itu pasti ada kehidupan, ada anak buah kapal yang sedang berdoa beserah diri kepada Tuhannya, ada pasrah yang meleleh, menyerahkan seluruh hidup dan matinya hanya kepada Yang Maha Kuasa.
“Kalau lagi begini pastimerasa betapa kecilnya kita dan pasti makin ingat Tuhan,” tulisnya memberi keterangan pendek dalam vidio itu.
Diputar ulang, diputar ulang dan semakin banyak diputar ulang video ini membuat bibir bergetar, ruang dalam dada sana seperti hampa. Tak mampu berkata apa-apa kecuali, pedih seperti ada yang teriris.
Kapal dengan kapasitas 60 grosston itu betapa amat kecil, seperti kapal mainan dalam ember. Disana pasti ada hamba-hamba yang sedang bermunajad, memohon perlindunganNya.
Karena hanya itu, kata yang tersedia dalam situasi yang tidak pernah bisa kita nalar, apalagi kita deskripsikan. Di ujung maut !
Berapa banyak kapal seperti ini, hari ini sedang terombang-ambing gelombang besar, terhempas gelombang maut, badai dahsyat akibat siklon tropis ? Berapa banyak manusia di dalamnya hari ini tengah berdoadan berserah diri kepadaNya?
“ Jumat sore penghujung 2019, yang biasanya sepulang dari dinas di Bandung saya pulang Bekasi, kali ini saya harus pulang ke Yogyakarta,” tulisnya.
Ada perlu ! Agar cepat sampai ke Yogyakarta, karena istri menunggu di sana, saya putuskan naik pesawat dari Bandara Husein Sastranegara Bandung.
Selanjutnya, dengan setengah tidak yakin, naik pesawat berbaling-baling, karena bandara saat itu tidak lagi melayani pesawat JET.
Bagi saya ini pengalaman pertama naik pesawat bukan Jet. Ada rasa was - was sebelum terbang, tapi ya Bismillah saja. !
Begitulah memang sikap saya dalam hidup, jika harus menggadapi sesuatu yang terasa menantang modal saya Bismillah dan akan selalu ada jalan menundukkan tantangan. Termasuk tantangan was-was.
Artikel Terkait
Peringati Hari Relawan PMI Se-DKI Jakarta Buka Layanan Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Lima Titik Pengungsian
4 Hari Nelayan Asal Mimbo Situbondo Tak Kunjung Pulang Melaut, Tim SAR Gabungan Terus Lakukan Pencarian