Tri Rismaharini, Sosok Pemimpin Tegas yang Inspiratif Oleh Neissya Nabila Zahrani, mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia. Ketika kita ditanya mengenai sosok pemimpin perempuan yang terkenal dengan watak tegasnya, tentu sebagian besar masyarakat akan berpikir tentang sosok ini. Beliau adalah Tri Rismaharini, Menteri Sosial Republik Indonesia sekarang. Sebelum menjabat sebagai Mensos, Tri Rismaharini sudah dikenal sebagai Walikota Surabaya periode 2010-2015 dan periode 2015-2020 yang selalu dilabeli dengan sosok pemimpin yang ‘tegas’ pada masa kepemimpinannya di ibu kota Jawa Timur tersebut. Selama dua periode Risma menjabat sebagai walikota membuat popularitas yang dimilikinya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Setelah diangkat menjadi Menteri Sosial pada tahun 2020 oleh Presiden Jokowi, nyatanya sifat tegas tersebut masih tetap melekat kuat dalam kepemimpinan Bu Risma. Tidak jarang bahkan sifat tersebut menjadi ‘branding’ bagi wanita yang lahir pada 20 November 1961 di Kediri tersebut di mata masyarakat. Sekarang, wanita yang akrab dipanggil Bu Risma ini menduduki jabatan sebagai Menteri Sosial Republik Indonesia setelah dipilih oleh orang nomor satu RI saat ini, Presiden Jokowi. Bu Risma terpilih untuk menggantikan Juliari Batubara yang terkena kasus korupsi bantuan sosial Covid-19 untuk menjadi Mensos RI. Hal ini merupakan hasil keputusan Presiden Jokowi dan Wapres Ma’ruf Amin yang melakukan reshuffle Kabinet Indonesia Maju dan telah diumumkan pada tanggal 22 Desember 2020 lalu. Sejak diumumkan hasil perombakan Kabinet Indonesia Maju tersebut, sosok Tri Rismaharini tidak luput dari perhatian rakyat Indonesia. Bagaimana tidak, Bu Risma sudah menjadi sosok pemimpin yang tidak hanya terkenal di kalangan masyarakat Surabaya saja, tetapi juga masyarakat di luar Surabaya. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri, karena memang nyatanya saat menjadi walikota pun nama Tri Rismaharini kerap kali terpampang indah di berita-berita media massa. Sebelum kita telaah lebih jauh mengenai kepemimpinan beliau, mari kita lihat terlebih dahulu bagaimana awal karier politik Tri Rismaharini sebelum menjabat sebagai Mensos RI. Tri Rismaharini merupakan lulusan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember tahun 1987, ia mengambil Arsitektur sebagai jurusannya semasa duduk di bangku perkuliahan. Ia juga melanjutkan studinya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember pada program pascasarjana Manajemen Pembangunan Kota. Tri Rismaharini mengawali kariernya sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada tahun 1990-an di lingkungan Pemkot Surabaya. Masyarakat Surabaya mulai mengelu-elukan dan mengidolakan sosok Tri Rismaharini saat ia menjadi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamananan Kota Surabaya di tahun 2005-2006. Sejak saat itulah namanya mulai melambung. Popularitas yang ia miliki tersebut tak ayal merupakan buah hasil kerja keras dan kinerja positif yang selalu ditunjukkan oleh Bu Risma dalam melaksanakan tugasnya. Karena kepopulerannya tersebut juga tingkat elektabilitas yang lebih unggul dari kader lainnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) mengusung Tri Rismaharini bersama dengan Bambang Dwi H untuk menjadi pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya periode 2010-2015. Benar saja, akhirnya ia terpilih menjadi Wali Kota Surabaya dan berhasil mengalahkan paslon lainnya. Selain itu, ia juga tercatat sebagai perempuan pertama yang menduduki jabatan sebagai Wali Kota Surabaya. Dari sinilah perjalanannya sebagai orang nomor satu di Kota Surabaya dimulai. Sepak Terjang Tri Rismaharini Sebelum Menjadi Wali Kota Surabaya Jangan salah, walaupun baru menjabat sebagai Wali Kota Surabaya pada tahun 2010, nama Tri Rismaharini telah menggema sejak tahun 2005. Namanya banyak diperbincangkan oleh rakyat Surabaya yang menilai positif terkait kinerja Risma dalam menunaikan tugasnya. meski belum memimpin kota yang dijuluki Kota Pahlawan tersebut, popularitasnya tidak bisa dianggap main-main. Risma yang saat itu merupakan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya mengadakan gerakan untuk membersihkan dan memperindah Ibu Kota Provinsi Jawa Timur tersebut. Berkat kerja keras dan ketekunan yang dimilikinya dengan dibantu jajaran Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Risma berhasil mengurangi volume sampah di Kota Surabaya. Volume sampah yang tadinya sebesar 264.000 meter kubik per bulan di tahun 2004 mengalami penurunan di tahun 2005 menjadi 261.000 meter kubik. Sehingga, volume sampah yang tersisa tinggal 161.000 meter kubik per bulan di tahun 2006 yang kemudian sebanyak 160.000 meter kubiknya langsung diangkut menuju tempat pembuangan akhir (TPA). Selanjutnya, warga dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan mengolah sisa sampah yang tidak ikut terangkut menjadi pupuk kompos. Penampilan Kota Pahlawan yang tadinya terlihat dan dicap kotor serta kumuh perlahan berubah menjadi lebih bersih, asri dan hijau. Sehari-hari, Bu Risma akan turun langsung ke lapangan untuk menemui warga, mengawal kegiatan untuk membersihkan selokan, melakukan penanaman dan perawatan tanaman di taman kota, serta mengadvokasi masyarakat untuk selalu menaruh sikap peduli terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan. Selain pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, Tri Rismaharini juga telah mengantongi sejumlah pengalaman kepemimpinannya. Pada tahun 1997, ia menjabat sebagai Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya. Kemudian, ia ditunjuk untuk menduduki jabatan sebagai Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Dinas Bangunan Kota Surabaya pada tahun 2001. Ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeko) Kota Surabaya untuk masa jabatan 2008-2010. Berbagai pengalaman Tri Rismaharini saat menjadi pemimpin di tempat yang berbeda-beda menjadikan kepemimpinan yang dimiliki Bu Risma sesuai dengan teori kepemimpinan yang termasuk ke dalam environmental theory (Teori Lingkungan). Pada teori ini, pemimpin-pemimpin yang hadir dan bermunculan merupakan hasil dari waktu, tempat, dan keadaan (Atmosoedirdjo, 1976). Jika Anda pernah mendengar istilah “Leader are made not born”, pernyataan tersebutlah yang cocok untuk menggambarkan environmental theory ini. Jadi, para pemimpin yang ada itu merupakan pemimpin yang terbentuk melalui berbagai pengalaman, tempaan keadaan, waktu, dan tempat yang ia lalui sebelumnya, bukannya dilahirkan. Sosok pemimpin itu lahir dari evolusi sosial yang membuatnya harus memanfaatkan dan menggunakan kemampuan yang dimiliki dalam berkarya dan melakukan tindakan guna mengatasi berbagai permasalahan yang muncul di kondisi dan situasi tertentu. Sehingga, melihat pengalaman-pengalaman kepemimpinan Bu Risma sebelum menjadi wali kota cukup masuk akal rasanya mengapa ia berhasil menorehkan banyak pencapaian saat memimpin Kota Surabaya. Wali kota Perempuan Pertama dan Segudang Gebrakan serta Prestasi yang ditoreh untuk Kota Surabaya Kepemimpinan transformasional menurut Yukl (2013) merupakan kepemimpinan yang menjadikan pengikutnya merasakan rasa percaya, kagum, setia, dan hormat kepada pemimpin tersebut, sehingga timbul rasa termotivasi bagi pengikut untuk mengerjakan hal yang lebih dari harapan mereka sebelumnya. Robbins & Judge (2013) juga menjabarkan beberapa karakteristik yang umumnya dimiliki oleh pemimpin transformasional, yakni idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, individualized consideration. Sejak menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini tak henti-hentinya membawa banyak perubahan dan prestasi untuk Kota Pahlawan tersebut. Bu Risma berhasil membuat Kota Surabaya menjadi lebih indah, bersih dan tertata selama masa jabatannya sebagai wali kota di Kota Surabaya. Risma juga melakukan banyak pembangunan taman-taman di Surabaya, serta melakukan pemugaran terhadap Taman Bungkul di Jalan Raya Darmo yang mengusung konsep all-in-one entertainment park, taman buah Undaan, taman di Bundaran Dolog, juga taman di Bawean. Jalan pedestrian juga dibangun pada masa kepemimpinan Tri Rismaharini di Surabaya, jalan pedestrian ini mengusung konsep modern dan dibangun di sepanjang Jalan Basuki Rahmat dan berlanjut sampai Jalan Tunjungan, Blauran, Panglima Sudirman. Atas hasil kerja keras yang dilakukan oleh Risma dan motivasinya untuk melakukan perubahan di Kota Pahlawan tersebut, Kota Surabaya mendapat penghargaan Adipura. Penghargaan yang diraih oleh Kota Surabaya pada masa kepemimpinan Bu Risma sejatinya tidak lepas dari bantuan dan kerja keras bawahannya juga. Karena hal tersebut, karakteristik idealized influence dan individualized consideration seperti yang dikemukakan oleh Robbins & Judge cukup menggambarkan kepemimpinan Tri Rismaharini. Dimana ia berusaha untuk membangkitkan emosi positif, memberikan sosialisasi dan memproyeksikan visi dan misinya untuk Kota Surabaya untuk mendapatkan rasa percaya dan hormat dari para bawahan dan masyarakat yang dipimpinnya. Melalui individualized consideration, Bu Risma memberikan perhatian penuh dan melatih serta memberikan nasihat kepada bawahannya. Dapat kita lihat melalui image yang dimiliki olehnya sebagai sosok yang tidak segan untuk menegur bawahannya jika berbuat kesalahan. Karakteristik lainnya seperti intellectual stimulation tercermin dari program-program yang diajukan oleh Bu Risma pada masa kepemimpinannya di Kota Surabaya untuk mengentas kemiskinan yakni Program Pahlawan Ekonomi dan Program Permakanan yang dibentuk untuk membantu masyarakat kurang mampun dengan memenuhi makanan dan gizi hariannya. Dengan adanya intellectual stimulation, pemimpin akan berusaha meningkatkan kecerdasan, berpikir kritis dan rasional juga kemampuan problem solving tidak hanya pada dirinya, tetapi juga pada bawahannya dalam kondisi yang dinamis. Selanjutnya, karakteristik terkahir dari kepemimpinan transformasional yakni inspirational consideration dapat kita lihat dalam diri Tri Rismaharini selama ia menjadi pemimpin di Kota Surabaya ini. bahkan, terdapat bukti nyatanya yang tertuang dalam penghargaan GovInsider Innovation dalam kategori “Inspirational Leader” yang Bu Risma dapatkan pada hari Selasa tanggal 26 September 2017 lalu di Singapura. Bu Risma dinilai mampu melakukan perbaikan system pelayanan public di Surabaya melalui program-program inovasi besutannya yang ia terapkan di Kota Pahlawan tersebut, seperti Surabaya Single Windows yang memudahkan masyarakat perihal urusan perizinan, dan inovasi di bidang kesehatan yakni e-health yang dapat diakses lewat e-Kios di puskesmas dan kecamatan untuk memudahkan dalam memberi pelayanan kesehatan kepada masyakarat. Sosok Tegas dalam Memimpin Sebagai seorang pemimpin, Tri Rismaharini tergolong cukup tegas dan ketat dalam mengawasi kinerja bawahannya. Ia tidak akan segan untuk menegur atau bahkan ‘memarahi’ bawahannya jika ada yang berbuat salah atau melanggar peraturan. Sebenarnya kemarahan yang ditunjukkan Bu Risma biasanya terjadi ketika ia melihat sesuatu yang tidak beres. Beberapa diantara momen ‘marah-marah’ Wali Kota Surabaya yang sekarang menjabat sebagai Mensos RI ini dapat kita lihat seperti pada saat terjadi kerusakan di Taman Bungkul Surabaya yang diakibatkan dari acara pembagian es krim disana. Bagaimana tidak kesal? Taman Bungkul Surabaya ini dibangun dengan dana yang tidak sedikit dan membutuhkan waktu yang tidak instan, kerusakan yang ditimbulkan juga cukup parah. Karena hal itu Risma merasa kesal dan memarahi panitia yang bertanggung jawab atas acara tersebut. Momen lainnya ialah ketika Risma sedang melakukan penyidakan pembuatan e-KTP di bulan September 2016 lalu yang bertempat di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Surabaya, Risma meluapkan emosinya disana seban ia mengetahui bahwa software pembuatan e-KTP tidak beroperasi dengan benar yang membuat pelayanan publik terhambat. Emosi Risma juga tidak dapat terbendung saat ia berkunjung ke Kantor Kecamatan Tandes, Surabaya di tahun 2018 lalu saat ia masih menjadi Wali Kota Surabaya. Ia menilai kantor kecamatan tersebut kotor, banyak debu, kumuh dan beberapa infrastruktur didalamnya juga tak layak. Fenomena ini cukup menggambarkan bahwa gaya kepemimpinan yang dibawa oleh Bu Risma ialah gaya kepemimpinan birokratis. Dijelaskan gaya kepemimpinan birokratis menurut Kencana (2003) merupakan suatu cara serta irama dalam kepemimpinan pemerintahan dimana ia memakai metode tidak pandang bulu saat menghadapi dan memerlakukan bawahan dan masyarakat. Pendapat mengenai kepemimpinan birokratis menurut Rustandi (1993) ditunjukkan dengan adanya pemberlakuan pelaksanaan prosedur yang ketat yang harus dijalankan oleh pemimpin dan bawahannya. Pemimpin yang menganut gaya kepemimpinan birkoratis memiliki ciri seperti segala keputusan akan ditentukan oleh pemimpin terkait seluruh pekerjaan dan bawahannya akan diperintahkan untuk dapat melaksanakan perintah tersebut; terdapat standar yang ditentukan oleh pemimpin untuk bawahannya dalam menjalankan tugasnya; terdapat sanksi yang jelas ketika tugas yang dijalankan tidak mematuhi standar yang telah ditentukan. Sedikit banyaknya penjelasan mengenai ciri-ciri kepemimpinan birokratis yang sudah dijelaskan tersebut tercermin dalam perilaku Tri Rismaharini saat memimpin. Referensi : Bakti, & Elwan, M. L. (2019). Analisis Gaya Kepemimpinan dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Pegawai Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Kendari. Jurnal PUBLICUHO, 45-48. Faizal, A. (2017, September 27). Jadi Pemimpin Inspiratif, Risma Raih Penghargaan di Singapura. Retrieved from Kompas.com: https://www.google.co.id/amp/s/amp.kompas.com/regional/read/2017/09/27/15332831/jadi-pemimpin-inspiratif-risma-raih-penghargaan-di-singapura Handoko, H., & Tjiptono, F. (1996). Kepemimpinan Transformasional dan Pemberdayaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 11-12. Iswara, N. (2020, December 23). Jabat Mensos, Ini Perjalanan Karir Tri Rismaharini, dari PNS, Wali Kota Surabaya, Banyak Penghargaan. Retrieved from Tribunnews.com: https://www.google.co.id/amp/s/m.tribunnews.com/amp/nasional/2020/12/23/jabat-mensos-ini-perjalanan-karir-tri-rismaharini-dari-pns-wali-kota-surabaya-banyak-penghargaan Kurniawan, D. (2020, December 23). Gebrakan Tri Rismaharini Sebelum Ditunjuk Jadi Menteri Sosial. Retrieved from Liputan6.com: https://m.liputan6.com/surabaya/read/4440439/gebrakan-tri-rismaharini-sebelum-ditunjuk-jadi-menteri-sosial?page=2 Lakahing, M. Y., & Widodo, S. (2020). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Gaya Kepemimpinan Transaksional Terhadap Kinerja (Studi Pada PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Sape). Jurnal Ilmiah M-Progress, 150. Mattayang, B. (2019). Tipe dan Gaya Kepemimpinan: Suatu Tinjauan Teoritis. Jurnal of Economic, Management and Accounting, 49. Nurhayati, T. (2012). Hubungan Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi Kerja. Jurnal Edueksos, 81. Riana, F. (2021, Oktober 21). Sejumlah Momen Mensos Risma Marah-marah di Depan Publik. Retrieved from Tempo.co: https://www.google.co.id/amp/s/nasional.tempo.co/amp/1512935/sejumlah-momen-mensos-risma-marah-marah-di-depan-publik Salman, G. (2020, December 23). Perjalanan Karier Risma, dari PNS Idola Masyarakat Surabaya, Wali Kota, Kini Menteri Sosial. Retrieved from Kompas.com: https://regional.kompas.com/read/2020/12/23/06450661/perjalanan-karier-risma-dari-pns-idola-masyarakat-surabaya-wali-kota-kini?page=3 Sari, H. P. (2020, December 22). Profil Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya jang Jadi Menteri Sosial. Retrieved from Kompas.com: https://amp.kompas.com/nasional/read/2020/12/22/15543161/profil-tri-rismaharini-wali-kota-surabaya-yang-jadi-menteri-sosial