JAKARTA, CAKRAWALA.CO,- Praktisi keuangan syariah Deny Hendrawati menyatakan bahwa Bank Syariah selama ini terbukti mampu bertahan bahkan melejit pertumbuhannya ekonomi karena cocok dengan segala zaman. Hal ini karena prinsip syariahnya yang berkeadilan secara universal dan memiliki keunikan syariah yang sangat luas jangkauannya.
“Selama ini, bank syariah telah menunjukkan jati dirinya sebagai bank yang cocok dengan zaman karena prinsip syariahnya, sehingga mampu bertahan meski saat pandemi,” kata Deny Hendrawati dalam peluncuran dan diskusi buku “Perjuangan wanita Membangun keuangan syariah” di Grand Sahid Jaya Hotel Jakarta Jumat siang (4/11/2022).
Buku yang ditulis syaefurrahman albanjary ini berisi pengalaman Deny ketika meniti karir di bank syariah dari bawah hinga posisi Direktur Utama, serta pemikirannya tentang masa depan keuangan syariah di Indonesia. Di dalamnya juga berisi strategi bisnis yang dia kembangkan baik di lembaga keuangan syariah maupun UMKM.
Komisaris Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Adiwarman Karim yang meluncurkan buku ini mengamini pemikiran Deny. Ia mencatat ekonomi syariah terus tumbuh, bahkan di atas pertumbuhan ekonomi konvensional, baik dari aspek pertumbuhan aset, pembiayaan hingga pertumbuhan dana pihak ketiga. Ini semakin membuktikan peranan penting perekonomian syariah bagi Indonesia.
Data per Juni 2021 saat pandemi berlangsung, menunjukkan asset bank syariah tercatat sebanyak Rp632 triliun atau tumbuh 15,80 persen year-on-year (yoy). Sementara perbankan konvensional tumbuh 8,07 persen yoy menjadi sebesar Rp8.954 triliun.
Dari sisi pembiayaan, bank syariah mencatatkan pertumbuhan 7,35 persen yoy menjadi Rp405 triliun, sedangkan bank konvensionalxiv Perjuangan wanita Membangun keuangan syariah mencatatkan pertumbuhan 0,17 persen yoy menjadi Rp5.302 triliun. Begitu pula dengan DPK bank syariah yang lebih unggul dengan pertumbuhan 16,54 persen yoy menjadi Rp501 triliun. Sementara bank konvensional tumbuh 10,88 persen yoy menjadi Rp6.586 triliun.
Sementara itu Deny Hendrawati sebagai insprator dan pelaku perbankan syariah yang pernah membawa bank yang dipimpinnya melantai di Bursa Efek Jakarta tahun 2014, mengungkapkan betapa keunikan syariah sampai saat ini belum digali maksimal. Pengalamannya berkarir di bank syariah kurang lebih 25 tahun terasakan betul bahwa dengan prinsip tanpa bunga, bank syariah bukan hanya melayani pembiayaan secara sempit, tetapi juga banyak bidang yang bisa dilayani.
Pelayanan Bank Syariah bukan hanya sekadar menabung, kredit (dalam istilah syariah adalah pembiayaan), tetapi juga semua kebutuhan masyarakat dalam muamalah, termasuk gadai, wakaf, sosial, pembiayaan berbagai hal, asuransi dan lain-lain. Bidangnya juga luas, termasuk pertambangan, perkebunan, kehutanan, perikanan, perdagangan internasional dan segala macam. Hal ini dapat dilakukan karena keuinkannya.
Ada nilai universal di dalamnya. Akadnya juga macam-macam, yakni misalnya ingin melakukan transaksi dengan sistem jual beli, bisa memilih akad murabahah. Kalau nasabah menginginkan transaksi sewa-menyewa bisa menggunakan akad ijarah.
Buat nasabah yang menginginkan hasil (return) yang lebih tinggi tersedia pilihan akad bagi hasil (mudharabah) dan akad kerjasama (musyarakah). Selain itu terdapat juga akad yang sifatnya untuk tujuan sosial (qord). Makanya, Deny menyatakan bahwa focus pada keunikan syariah ini akan menguatkan dan meluaskan pelayanan sistem keuangan syariah.
“Dengan berbagai instrument yang ada di sistem keuangan syariah, maka isyaallah sistem keuangan syariah dapat menjadi solusi bagi pemulihan ekonomi nasional,” kata Deny Hendrawati. Untuk itu, katanya, perlu melalui peningkatan inklusi keuangan melalui penggunaan teknologi digital sesuai zaman.
Pembicara lain yang menguatkan pemikiran Deny Hendrawati dalam buku ini selain Adiwarman Karim adalah Dr. Munifah Syanwani, M.Si (Ketua Pemberdayaan Perempuan UMKM Indonesia/PPUMI), Dwi irianti, SH, MH (Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kementerian keuangan), Sulistyowati, SE. MM (Anggota Badan pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji/BPKH), Abdul Majid Umar (Ketua BMT UGT Nusantara Sidogiri), dan Ir. Cahyo Kartiko (Ketua Kompartemen BPRS Asbisindo).red/*