PT. Dipo Technologi membuat Generator Ozon untuk mengawetkan hasil panen cabai, segar hingga 3 bulan dengan teknologi ozon. ( foto/dok)
Cakrawala.co, Kulon Progo – PT. Dipo Technologi, Semarang, akhirnya berhasil mewujudkan mimpi para petani sayur di Tanah Air, dengan menciptakan alat pengawet hasil panen hingga tahan lebih dari 3 bulan.
Dengan alat ini maka pasca panen petani tidak perlu lagi trauma banting harga karena kawatir cepat busuk, atau tidak awet segar karena bakteri, jamur, atau residu pestisida.
“ Alat ini jawaban tangis para petani. Mereka membutuhkan sistem penyimpanan agar produk tetap segar hingga ke konsumen dalam tempo lebih dari 3 bulan, mampu membebaskan residu pestisida, membunuh bakteri dan jamur sekaligus,” ujar Azwar, SE, MM Dirut PT. Dipo Technologi, Semang kepada Cakrawala.co.
Berbasis teknologi ozon, alat ini bisa memperpanjang masa simpan buah dan sayuran selama 3 bulan dan menjadi jalan keluar agar kualitas panen petani tetap terjaga, ujarnya.
Alat ini disebut sebagai Generator Ozon, yang merujuk dari teknologi ozon temuan Prof. Dr. Muhammad Nur, dari Center For Plasma Research, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang.
“Melalui perjalanan yang lumayan panjang, melakukan riset dan penelitian akhirnya kami membuat Generator Ozon untuk Penyimpanan Produk Pertanian,” ujarnya.
Meski belum dilakukan produksi secara massal, namun produksi Generator Ozon oleh PT. Dipo Technologi ini benar-benar menjadi harapan baru bagi petani Indonesia. Terutama petani sayur, buah, dan sektor agrobis pada umumnya.
Produk Generator Ozon kemudian digabung dengan storage untuk mengatasi panen petani yang melimpah. Dan telah digunakan oleh sejumlah kelompok tani di 9 propvinsi di Tanah Air.
Dengan storage maka alat ini semakin berani menjawab tantangan petani karena dapat mempertahankan kualiatas produk hortikultura tetap baik ( segar, bebas bakteri, jamur serta bebas residu pestisida ) walaupun disimpan dalam waktu yang lama.
-
Lagi-lagi Prof. Dr. Muhammad Nur, memiliki peranan penting dalam pengembangan teknologi ozon. Ia juga menjadi konseptor untuk SNI menggunakan teknologi ozon untuk produk hortikultura: SNI 8759:2019 yakni untuk alat penyimpanan produk hortikultura pascapanen berbasis teknologi ozon.
Teknologi ini sudah komersial dengan Perjanjian kesepakatan Lisensi no 01, 06 April 2021 dengan PT Dipo Technology. Sebelumnya bersama Center for Plasma research Unversitas Diponegoro bersama PT Dipo Technology dengan dibantu pembiayaan oleh Kementrian Ristekdikti teknologi plasma ozon untuk penyimpanan ini dilakukan uji pasar di 8 lokasi di 4 provinsi.
Kementrianristedikti waktu itu memiliki program Inovasi Perguruan Tinggi dengan nama popular Teaching Industry. Kini produk teknologi yang didedikasikan untuk Standard Nasional Indonesai SNI 8759:2019 itu telah tersebar ke 9 provinsi yang diusahakan penyediaannya oleh Pemda, Bank Indonesia, BUMN, dan pengusaha komuditas.
Prof. Dr. Muhammad Nur, DEA dari Fakultas Sains dan Matematika Undip sebagai pengagas produk ini menjelaskan bahwa sistem ini bekerja dengan cara pencucian air berozon dan penirisan dengan udara berozon. Perlakuan tersebut akan menghilangkan jamur, bakteri, kapang dan pestisida.
“Sistem yang terdiri dari generator ozon, pelarutan ozon ke dalam air, konveyor dan sistem penyemprotan air berozon dan pengeringan produk hotikultura serta tempat penyimpanan berupa cold storage, ” ujarnya.
Hasil pengujian pada panen cabai menunjukkan bahwa cabai yang telah mendapatkan perlakuan dalam sistem ozonisasi dan penyimpanan dapat terjaga kualitasnya dalam waktu yang lama, lebih dari tiga bulan lanjutnya.
Alat penyimpanan yang diharapkan menjadi produk unggulan yang dihasilkan oleh Undip Semarang sebagai universitas riset. Sistem ozonisasi produk dan penyimpanan dalam cold storage ini telah digunakan oleh sejumlah kelompok tani diantaranya Asosiasi Kelompok Tani Aspakusa Makmur Desa Teras kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.
“Tantangan ke depan, bagaimana memproduksi alat ini menjadi bagian keseharian hidup petani di Tanah Air, karena alat ini bisa dimiliki oleh individu atau kelompok untukmenyelamatkan hasil panen mereka agar tidak jatuh harga,” kata Azwar. (gon.Y-2)