Oleh Syaefurrahman Al-Banjary Apa yang dilakukan mantan pengacara Setya NovantoFredrich Yunadi dalam kasus persidangannya menghalang-halangi penyidikan KPK mengingatkan kita pada ayat Al-Qur’an ayat 54 yang berbunyi: “Wamakaruru wamakarallahu wallaahu khairul maakiriin.” Artinya Mereka merekayasa, Allah juga merekayasa.Sesungguhnya Allah sebaik-baik perekayasa." Makar di sini berarti rekayasa, merencanakan, melakukan tipu daya. Kita boleh merencanakan tapi Tuhan yang menentukan. Dalam persidangan kasus Fredrich Yunadi sebagai terdakwa di persidangan Tindak Pidana Korupsi Jakarta Kamis (15/3/2018), terbongkarlah apa yang selama ini diduga sebagai rekayasa. Mulai dari Setya Novanto kecelakaan menabrak tiang listrik sampai benjolan sebesar bakpao dan gegar otak. Tujuan dari semua itu adalah menghindari penangkapan KPK. Diberitakan detik.com (15/3/2018), Plt Manajer Pelayaan Medik RS Medika Permata Hijau, dr Alia membeberkan aksi Fredrich Yunadi saat mengecek kamar rawat untuk Setya Novanto. Bukan cuma pengecekan visual, asisten Fredrich Yunadi disebut juga memotret seluruh ruangan yang akan ditempati Novanto. Ketika itu Novanto akan dirawat di RS Permata hijau dengan kondisi sakit jantung dan hipertensi. Kedatangan Fredrich dan memotret ruangan rumah sakit ini terjadi sebelum adanya kecelakaan menabrak tiang. Bisa jadi kecelakaan itu sungguhan, tapi ada fakta bahwa sebelumnya Setya Novanto dinyatakan buron karena tidak datang ke panggilan KPK, lalu hari berikutnya terjadi kecelakaan itu. Dokter Alia melanjutkan ceritanya bahwa setelah itu, Fredrich menyampaikan Novanto akan masuk RS untuk sakit hipertensi dan gangguan jantung. Tapi kemudian Fredich mengatakan: dok ini masuknya dengan kecelakaan,” kata dokter Alia menirukan Fredrich Yunadi ketika itu. Ia sendiri bingung koq jadi begini. Sesungguhnya masih banyak kejanggalan dalam rekayasa sakitnya Setya Novanto yang dibongkar di pengadilan. Sebelumnya juga sudah dijelaskan bahwa yang meminta Setya Novanto menggunakan slang bayi, diinfus hanya untuk pajangan dan plester di kepala yang katanya segede bakpao juga bagian dari rekayasa. Jadi apa yang dilakukan Fredrich Yunadi merupakan rekayasanya untuk menghindari pemeriksaan KPK. Tetapi ini semua keterangan saksi yang dihadirkan oleh jaksa. Belum ada keterangan dari pihak Fredrich Yunadi utuk membantah keterangan ini. Bagaimanapun, kalau kita kembali pada ayat di atas, rekayasa manusia pasti akan terjawab dengan takdir. Taqdir yang akan membuka bahwa apakah yang dilakukan Fredrich Yunadi benar atau tidak. Jika dia ditaqdirkan salah telah melakukan menghalang-halangi penyidikan KPK, maka ia akan dibuka boroknya. Makanya buat kita semua, jalan lurus itu memang sulit, karena itu jangan mendekati jalan bahaya biar tidak dijawil setan. Wallahu a’lam. (UCNews/fur/15/3/2018).