Kulon Progo, Cakrawala.co- Jalan masuk Pantai Trisik, di Kalurahan Banaran, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulon Progo, sepanjang 5 kilometer lebih sudah lebih 8 tahun hancur, dan dibiarkan tak terurus.
“Jalur ini merupakan satu-satunya pintu masuk dari Jalan Nasional Daendeles, ke kawasan wisata Pantai Trisik, Pantai Bugel dan Kawasan Migran Burung di Jawa lho,” kata Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Kulon Progo, Priyo Santoso.
Menurutnya, jika semua pihak yang berwenang membiarkan kondisi ini tidak terurus, banyak kepentingan yang terbengkelai. Diantaranya, Program Gubernur DIY Sri Sultan HB X, yang ingin menjadikan pantai selatan sebagai pintu gerbang perekonomian.
Bukan hanya itu, banyak program unggulan yang ada di kawasan Pantai Trisik dipastikan tak berkelanjutan, karena susahnya mencapai kawasan tersebut setelah jalur ini hancur.
“Di sana itu ada kawasan konservasi penyu hijau, dan yang lebih penting kawasan ini merupakan tonggak sejarah berdirinya republik ini. Di sini, Presiden Soekarno memimpikan berdirinya pabrik baja karena kawasan ini memiliki kandungan biji besi yang melimpah,” katanya.
Oleh karenanya, Priyo Santoso mendesak pemerintah daerah, baik Pemda Provinsi DIY maupun Pemda Kulon Progo, turun tangan segera memulihkan jalur ini nseperti sedia kala setelah delapan tahun dihajar lalu lintas pertambangan.
“Pantai Trisik itu mestinya menjadi kawasan wisata pantai kedua setelah Glagah Indah, Ini aset Pemda Kulon Progo, mosok dibiarkan jadi lokasi terpencil begini. Selain ada agro, konservasi penyu terbesar di DIY, wisata religi situs Pakualaman, wisata laguna terbanyak, satu satunya wisata migran burung di Jawa,” ujarnya.
Sayangnya, menurut Priyo Santoso, potensi multi wisata itu belum mendapat sentuhan program pengembangan yang serius dari Pemda Kulon Progo, ditambah akses jalan masukkini hancur dan membuat siapapun enggan datang.
Ia menegaskan, kalau pengembangan wisata ini serius maka akan mampu mendongkrak Pendapatan Asli Daerah ( PAD) dan efeknya akan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.
Oleh karena itu, ia meminta Pemda Provinsi DIY, atau Pemda Kulon Progo di untuk segera bisa membangun jalan ini dengan mengusulkan ke DAK atau juga potensi pendanaan Danais.
“Sangat memungkinkan dilakukan karena sama dengan semanggat pengembangan Pansela Sebagai Gerbang Perekonomian oleh Pemprov DIY, juga menjadi penghubung antara Jalan Nasional Daendeles dengan Jembatan Srandakan III, yang akan selesai di banggun tahun 2024 mendatang,” katanya.
Ia kembali menegaskan, jalan ini dan sejumlah ruas jalan disekitarnya terakhir di rawat 8 tahun yang lalu dan sekarang pada posisi rusak parah sepanjang hampir 5kilometer.
Ditambah jalur kelas dua, atau jalan kabupaten sepanjang 3 kilometer, maka total jalan yang perlu dibenahi sekitar 8 kilometer. Ia mengatakan, saat ini dibangun kmebali, sangat tepat karena aktivitas penambangan di Sungai Progo selatan sudah berakhir.
Kondisi serupa juga ada di Jalur Brosot - Sentolo yang melintasi Kecamatan Lendah, sekarang konndisinya hancur, tak terurus. Sementara warga sekitar jalur tersebut, benar-benar maju, dan telah mengubah kawasan kurang mampu menjadi kawasan produktif.
Artikel Terkait
Sahkan Ranperda Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan Menjadi Perda dalam Rapat Paripurna DPRD Sumbar
Kecelakaan tunggal, Mobil Pangangkut Uang ATM Terguling di jalan Lintas Batang Gasan