JAKARTA, CAKRAWALA.CO,- Pertanyaan masyarakat menjelang bulan puasa biasanya adalah kapan puasa dimulai. Biasanya ada dua cara utuk menentukan awal Ramadhan, pertama dengan kalender yang mendasarkan pada p[erhitungan dan dengan melihat bulan atau hilal.
Jika hilal belum terlihat atau masih di bawah ufuk artinya belum masuk bulan Ramadhan atau syawal.
Yang dimaksud dengan hilal adalah melihat bulan. Kata “hilal” terdiri dari 3 huruf asal yaitu ha-lam-lam (ل - ل- ﻫ). hilal, memiliki arti sebagai bulan sabit. Dan kata ini memang memiliki arti dengan apa yang dicari orang-orang menjelang tibanya Bulan Ramadhan.
Tidak dapat dipungkiri kalau masih ada orang-orang yang tidak mengetahui pasti apa itu hilal. Tetapi, sebenarnya hilal sendiri merupakan bulan sabit yang hanya muncul ketika “ijtima”, yaitu posisi di mana Bumi, Matahari dan Bulan berada di posisi bujur langit yang sama.
Peristiwa ini terjadi sekitar 29,5 hari sekali, kurang ½ hari dari jumlah hari dalam kalender Islam. Peristiwa ini amat spesifik terjadi setiap bulan dan tidak hanya terjadi jelang Bulan Ramadhan saja, melainkan setiap pergantian bulan hijriyah.
Pentingnya hilal untuk Menentukan Bulan Ramadhan
Dari definisi di atas, bisa dikatakan kalau hilal adalah sesuatu yang amat penting untuk dicari menjelang Bulan Ramadhan. Kesalahan dalam melihat dan menemukan hilal bisa menyebabkan waktu puasa yang tidak tepat bagi para Muslim.
Lalu, bagaimana jika kondisi langit mendung sehingga tidak bisa melihat bulan sabit? Dijelaskan kalau ada kasus seperti itu, maka para Muslim hanya perlu menggenapkan hari di Bulan Sya’ban menjadi 30 hari dan memulai Bulan Ramadhan keesokan harinya.
Meskipun begitu, tentunya hilal tetap perlu dicari dan dipastikan kapan tibanya agar tidak perlu menggenapkan tanggal di Bulan Sya’ban. Itulah alasan kenapa Kemenag, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan NU membuat sejumlah tempat observasi sebagai titik pemantauan hilal. (dbs)